TASAWUF KIAN DIPERLUKAN DI ZAMAN MODERN
>> Thursday, July 2, 2015
KENAPA TASAWUF KIAN DIPERLUKAN DI ZAMAN
MODERN?
[Tulisan ini berupa keratan
pidato Prof.D. KH. Said Aqil Siroj, MA
di Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya 2014.]
JELASLAH tasawuf sangat dibutuhkan menjadi semangat era global dan modernisme yang gersang dari nilai-nilai spiritualitas. Sejarah kejumudan dan kemunduran umat Islam bukan disebabkan doktrin dan ajaran tasawuf, melainkan justeru akibat umat Islam meninggalkan nilai-nilai tasawuf dan terjebak dalam kubangan fitnah duniawi.
Tasawuf yang dipraktikkan secara sebenarnya otomatis akan menjadi metod efektif dan
impresif untuk menghadapi tantangan
zaman. Bagi kaum sufi, apapun zamannya atau apapun bergejolakknya dunia akan
dihadapi dengan jernih, objektif dan ketenangan [thuma’ninah]. Dalam
ungkapan Imam al-Junaid, Ash-shufi ibnu waqtihi [seorang sufi adalah
anak zamanya. Ash-shufi kal ma’i, la launa, launuhu launu ‘inaih,
[seorang sufi bagikan air tidak memiliki warna tertentu. Warnanya adalah
warna tempatnya]. Justeru kaun sufi yang terbiasa dengan kehidupan nyata, walau
hatinya telah melampaui kenyataan lahiriah, akan menempatkan dinimika kehidupan
pada tempat yang proporsional. Maka, dengan demikian tasawuf merupakan “revolusi spiritual” [ ats-tsaurah
ar-ruhiyyah].
Kenyataan ini tentunya sangatlah tidak ganjil mengingat adanya proporsionnalitas antara ilmu, amal dan kebersihan hati [tashfiyatu al-qalbi]. Sebab, ilmu dan amal yang tidak disertai dengan kebersihan hati yang diproses melalui pelatihan sufistik bagi kaum sufi dipandang sia-sia belaka. Seseorang yang telah tercerahkan melihat seluruh alam ini dengan hatinya. Dia mempersembahkan hatinya sebagai tempat suci bagi ibadah kepada Allah di tengah alam semesta. Dia melihat bukti-bukti kehadiran Allah, kapan saja dan di mana saja. Namun, bagi orang yang awam dalam masalah spiritual, tampak bahwa Allah lebih terasa hadir pada waktu dan tempat khusus dari pada di tempat dan waktu yang lain.
Tujuan utama dari semua
praktik kesufian adalah membangkitkan pengalaman kepada kebenaran yang tidak
terbatas yang sesungguhnya secara
natural telah terbentang dalam hati setiap manusia. Secercah cahaya yang
memancar dari dalam tidak terhitung dan tidak terbatas dalam kombinasi mereka
yang meliputi semua sifat dan kemudian hakikat adalah satu. Sufi yang sejati
tidak akan berhenti sebelum mantap dalam pengetahuan tentang hakikat itu, dan ketika
hal itu terjadi, semua cahaya lain, semua manifestasi dan sifat yang agung
meluber dalam pancaran sinar dan kebangkitan batin.
Puncak kesufian terlukiskan dalam ungkapan,
“Kita ini sebenarnya “tidak ada”. Tapi kita diadakan oleh yang “Ada”. Yang “Ada”
sebelum kata “ada” itu “Ada”. Maka yang “Ada” hanyalah yang ‘Ada”. Dan kita
menggunakan kata “ada” kerana ada yang “Ada”Dan kita menggunakan kata “tidak
ada” kerana ada yang “Ada”, iaitu Allah”.Dalam pengungkapan kata ganti “aku”,
“engkau” dan “dia” misalnya “aku Ahmad”. “engkau Hussein”, dan “dia Hasan”,
maka ketika tiga orang tersebut sudah
tidak ada, kembalinya “aku”, “engkau” dan “dia” hanyalah pada “Aku” yang tidak
pernah mati, iaitu la ilaha illa ana dan Engkau” yang selamanya ada,
iaitu la ilaha illa anta serta “Dia yang selamanya hidup, iaitu la
ilaha illla huwa. Jadi hakikatnya “Aku”, “Engkau” dan “Dia” adalah Allah
SWT. Kita hanya mendapatkan pinjaman sampai batas usia tertentu.
Pada akhirnya menjadi semakin jelas bahwa
sesungguhnya zaman modern ini justeru
lebih membutuhkan tasawuf daripada zaman
orang-orang terdahulu. Zaman modern ini mengundang banyak godaan dan tantangan
yang bisa menjerumuskan manusia pada tingkatan yang rendah di berbagai aspek.
Sebab, sejatinya manusia yang beradab adalah manusia yang hatinya berfungsi
akktif mulai dari bashirah hingga fuad.
Negeri kita di era kepimpinan baru saat ini
yang tengah bersemangat menggemakan “revolusi mental” tentunya bisa menjadi
harapan baru yang lebih beradab. Setelah sekian lama bangsa kita merasakan
pudarnya nilai-nilai kemanusiaan, persatuan, soldiritas yang akarnya adalah
kejatuhan mental, sehingga bangsa kita ini mudah dimasuki oleh berbagai
pengaruh, khususnya pengaruh asing seperti kapitalisme, liberalisme serta
radikalisme dan terorisme. Maka dengan sangat jelas dan urgen, “revolusi
mental” membutuhkan “amunisi” yang lebih mendalam dan mendasar dalam
mendongkark dan membangun mentalitas bangsa yang sempurna iaitu melalui “revolusi spiritual”yang berbasiskn pada
tasawuf.
Para sufi telah merumuskan suatu pemahaman bathiniyah
yang sangat substanif-holistik dengan
mengejawantahkan nilai-nilai esoteris keagamaan dan kemanusiaan yang
adiluhung. Mereka berangkat dari satu pengalaman sufistik yang begitu
mendasar dan mendalam. Pemikiran
universalis dalam revolusi yang dirumuskan para sufi ini merupakan estafeta
pemikiran yang telah berlangsung lama dalam ranah dunia kesufian. Suatu
pengungkapan yang secara otentik dan bersandar dari hasil penjelajahan intensif
dalam samudera keilmuan dan pengalaman jiwa-batini. Walhasil, kita perlu
mambangun bangsa ini melalui “revolusi spiritual” berkultur sufisme.
Dwmikin yang dapat saya sampaikan dalam pidato
ini. Semoga Allah SWT selalu memberikan nur cahaya-Nya kemudian ma’unah
dan karamah-Nya kepada kita semua, Wallahul muwafiq ila
aqwanithariq.”.
Demikian Prof.Dr.KH.Said Aqil Siroj, MA
sekadar untuk renungan bersama di bulan yang mulia ini.
Lorong Masjid,
Kg.Kubang Siput,
PT.KB. Kelantan.
0 comments:
Post a Comment